Bandung, mediaarbiter.com
Wamenag menyampaikan ajang OASE ini merupakan salah satu kompetisi yang bergengsi, sehingga dinilai mampu menjadi penyemangat mahasiswa dalam melakukan riset dalam berbagai terapan ilmu.
Expo OASE 2023 menjadi bukti nyata terwujudnya kehendak tersebut. Wamenag memuji kesungguhan para mahasiswa dan civitas akademika PTKI yang telah berhasil mensinergikan ilmu agama dengan sains dan teknologi.
“Di sini kita akan menyaksikan bagaimana hasil upaya Kementerian Agama untuk mensinergikan dan mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu sains dan teknologi,” tutur Wamenag, Rabu (14/6/2023).
Turut mendampingi Wamenag, Dirjen Pendidikan Islam Prof. M. Ali Ramdani, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Mahmud
Wamenag berharap ini terus memotivasi anak bangsa, mahasiswa PTKI untuk mengembangkan kemampuannya di bidang ilmu agama, sains dan teknologi, serta memupuk gairah berinovasi bagi generasi muda lainnya.
“Ini kegiatan yang sangat bergengsi karena memberikan kesempatan kepada para Mahasiswa untuk bersaing, berkompetisi secara sehat mengandalkan basis keilmuannya, baik pada aspek nilai-nilai agama, sains dan riset,” tutur Wamenag.
Rektor UIN Bandung, Prof Mahmud didampingi oleh Ketua Kontingen, Prof. Ah. Fathonih, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Dr. Hasniah Aliah, dan Wakil Dekan III FST, Dr. Aep Saepuloh menuturkan untuk stand expo kategori astronomi atau ilmu falak ini berusaha ingin menjadikan Robot Humanoid JUWARA sebagai ikhtiar untuk menunjukkan Arah Kiblat, Waktu Sholat dan Jumlah Rakaat Menggunakan Metode Trigonometri Segi Tiga Bola Abu Al-Wafa Al-Buzjani.
Hasil karya dari tiga mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST), yaitu Muhammad Fauzi Badru Zaman, Citra Dwi Lestari dan Intan Opialisti, dengan tim pembimbing Mada Sanjaya, Ph.D.
Menurutnya, Robot Humanoid JUWARA ini didasarkan pada landasan teologi dari Al-Quran Surat Al-Baqarah : 149 “Dan dari mana saja engkau keluar (untuk mengerjakan shalat) hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka’bah). Sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka’bah itu benar dari Allah (tuhanmu) dan ingatlah Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan”.
Mengenai latar belakang diciptakan robot Humanoid JUWARA ini, mulai dari kesalahan arah kiblat. Sulitnya mendapatkan informasi arah kiblat dan waktu shalat di daerah terpencil dan tidak ada akses internet. “Sulitnya menentukan arah kiblat untuk penyandang disabilitas (tunanetra) sampai pada keliru jumlah rakaat,” tuturnya.
Dengan harapan dapat mengaplikasikan trigonometri segi tiga bola dalam sistem robot humanoid ini dapat menunjukkan arah kiblat, waktu shalat, dan jumlah rakaat.Menentukan tingkat kesesuaian pengujian robot humanoid JUWARA.
“Memudahkan dalam menentukan arah kiblat, waktu shalat dan jumlah rakaat dengan tepat. Membantu penyandang disabilitas dalam melaksanakan ibadah shalat,” jelasnya.
Terdapat empat inovasi dari robot humanoid JUWARA ini, “robot penunjuk arah Kiblat, penentu waktu shalat, menghitung jumlah rakaat, digunakan tanpa akses internet,” tegasnya.
Robot Humanoid JUWARA memiliki algoritma yang terinspirasi oleh algoritma trigonometri bola yang dikembangkan,” (Rekky nt)