Bandung, mediaarbiter.com
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Kuliah Umum Internasional #2 bertajuk Kepemimpinan Perempuan dalam Islam yang berlangsung di Aula Program Pascasarjana, Kampus II, Jumat (12/7/2024).
Dengan menghadirkan narasumber perempuan pertama penasehat grand syaikh Al-Azhar dan Direktur Markaz Tathwir (Pusat Pengembangan Pelajar dan Mahasiswa Asing Al-Azhar) Prof Nahla Sabry El Seidy, dipandu oleh Dr Siti Sanah, Ketua Prodi Pendidukan Bahasa Arab dan penerjemah Dr. Engkos Kosasih, L.c. M.Ag.
Dalam sambutannya, Rektor Prof. Rosihon Anwar mengucapkan selamat datang kepada Prof Nahla Sabry El Seidy, penasihat grand syaikh Al-Azhar, Mesir; Prof Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M. Ag sebagai Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI; Dr. Abdul Muta’ali, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Republik Arab Mesir; PSGA UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
“Saya ingin menyebutkan beliau secara khusus karena atase kebudayaan ini adalah lulusan UIN Bandung, Fakultas Syariah dan Hukum, kami sangat berbangga, salah satu alumni kita jadi atase kebudayaan, mudah-mudahan nanti jadi Duta Besar sekalian. Harapanya,” jelas Rektor.
Selamat datang di Bandung, tempat Konferensi Asia Afrika, “Ahlan wasahlan di Bumi Pasundan, Kota Bandung diciptakan ketika tuhan sedang tersenyum, daerah lain tidak tahu?” paparnya.
Seminar ini sangat penting untuk memperkuat peran UIN Bandung sebagai pusat penyebaran Islam menuju kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. “Peran dan kepemimpinan perempuan dalam segala aspek kehidupan. PSGA sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mempersipkan kajian ilmiah bersama Prof Nahla Sabry El Seidy, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semuanya,” ucap Prof Rosihon.
Dalam ajaran Islam kedudukan perempuan dan laki-laki sama kecuali derajat ketaqwaan. Prof Nahla menegaskan Al-Qur’an dan hadis bahwa kedudukan perempuan mendapat apresiasi dalam bentuk al musawah (persamaan derajat) dalam berbagai level eksistensi, kontribusi, dan partisipasi baik dalam level privat maupun publik.
Bagaimana perempuan terlibat dalam proses kecerdasan umat, yang mana semua terjadi pada masa nabi SAW, bahkan perempuan pun diperbolehkan dalam medan pertempuran, dan di luar itu perempuan berperan dalam aspek sosial, politik, ekonomi dsb,” tegasnya.(Rekky nt)