Bandung, mediaarbiter.com
Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menerima kuliah tamu dari BSI Institute yang bertempat di Aula Gedung FEBI.
Kuliah tamu yang mengusung tema “Ekonomi dan Keuangan Syariah: Perkembangan dan Isu Terkini” ini menghadirkan Luqyan Tamanni, PhD selaku Head of BSI Institute sebagai narasumber.
Acara dibuka oleh Dekan FEBI, Prof. Dr. H. Dudang Gojali, M.Ag yang menyambut hangat kuliah tamu yang mendatangkan praktisi ini. “Lahirnya FEBI di UIN Bandung ini menjadi sebuah harapan baru untuk mencoba menjawab permasalahan di masyarakat muslim yang kita tahu berawal dari keterbatasan akses hingga problematika di sektor ekonomi. Hal ini terjadi akibat adanya domestikasi ilmu pengetahuan yang menghasilkan framing ilmu ekonomi ini hanya sekadar urusan duniawi,” ujar Prof. Dudang.
Dekan FEBI menekankan bahwa kehadiran FEBI salah satunya bertujuan untuk menegaskan kembali pentingnya maqasidh syari’ah dalam ilmu ekonomi. Sehingga persoalan utama yakni tidak adanya kemampuan untuk beradaptasi dan berkembang akibat literasi keuangan syariah yang minim dapat terselesaikan. “Bagaimanapun ruang perekonomian pasti menjadi kebutuhan pokok masyarakat muslim. Karena ekonomi bukan sekedar manajemen aktivitas mikro dalam keluarga tapi targetnya ialah menyelesaikan masalah umat,” tandasnya.
Dalam kuliahnya, Luqyan membuka dengan 4 isu di perekonomian islam. “Masalah ekonomi dan keuangan syariah yang sedang dihadapi di antaranya literasi, reciprocal, titik kritis, dan tawarruq. Yang pertama masalah literasi. Sebagaimana disampaikan Pak Dekan FEBI bahwa betul literasi masyarakat muslim terutama di Indonesia ini masih sanagt minim. Hal ini bisa ditarik benang merahnya dengan sharehold perbankan syariah di Indonesia yang masih rendah saat di negara lain sudah tinggi meski secara komposisi penduduk muslim termasuk yang terbesar di dunia,” jelas Luqyan.
Perihal potensi reciprocal business yang artinya bisnis dengan timbal balik yang dapat memberikan keuntungan, salah satunya melalui aktivitas haji dan umroh. “Untuk isu titik kritis, ini sangat erat dengan permaslahan di industri halal. Titik kritis ini biasanya muncul dari bahan baku produk yang dominannya merupakan bahan yang diimpor. Sehingga solusinya dibutuhkan suplai bahan baku yang terstandardisasi agar mampu mengatasi masalah titik kritis ini,” jelasnya.
Dan terakhir masalah tawarruq, Luqyan juga menyampaikan bahwa ini merupakan salah satu model bisnis dengan akad yang telah diadopsi negara muslim lain, salah satunya Malaysia. Tawarruq perlu dieksplor lebih lanjut untuk mengetahui potensi dan peluangnya untuk bisa diimplementasi di Indonesia.
Setelah kuliah tamu, FEBI bersama BSI Institute melanjutkan dengan agenda diskusi internal terbatas yang hanya melibatkan dosen dan para peneliti untuk membangun kolaborasi joint research di bidang yang saling beririsan di antara keduanya guna menghasilkan penelitian yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.
Kuliah tamu ini dihadiri oleh Wakil Dekan I, Dr. Iwan Setiawan, M.Pd, M.E.Sy, Wakil Dekan II, Dr. Muhammad Zaky, M.Si, Wakil Dekan III, Dr. H. Kadar Nurjaman, SE, MM, Dosen, Tenang Kependidikan dan mahasiswa di lingkungan FEBI UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (Rekky nt)