Bandung, mediaarbiter.com
Dalam era globalisasi, kolaborasi akademik lintas negara menjadi salah satu sarana strategis dalam memperkuat mutu pendidikan dan menghasilkan ilmuwan yang kompeten, khususnya dalam konteks pendidikan Islam.
Namun, di tengah tingginya kebutuhan akan pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan, terdapat kesenjangan antara institusi pendidikan Islam di Indonesia dan Malaysia dalam hal kolaborasi akademik dan penelitian. Keduanya memiliki potensi besar untuk bekerja sama dalam melahirkan ilmuwan dan akademisi Islam, namun kenyataannya, banyak peluang yang belum termanfaatkan secara maksimal.
Urgensi dari kolaborasi akademik ini semakin nyata mengingat tantangan kontemporer yang dihadapi oleh dunia Islam dalam berbagai aspek, termasuk sosial, ekonomi, dan pendidikan. Peran pendidikan tinggi dalam mencetak cendekiawan yang mampu merespon tantangan tersebut sangat penting, terutama di kawasan Asia Tenggara. Menurut data yang dirilis Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) seperti dikutip Phillips, kawasan Asia Tenggara masih menghadapi kesenjangan dalam kualitas pendidikan dan akses terhadap penelitian lintas negara, khususnya dalam bidang studi Islam (Phillips, 2022).
Di sisi lain, kajian dari Islamic Development Bank mencatat bahwa integrasi keilmuan lintas negara mampu meningkatkan produktivitas akademik hingga 30%, terutama dalam bidang kajian Islam dan ilmu sosial (Zuhroh, 2022). Hal ini menandakan bahwa urgensi kerjasama lintas negara seperti antara Konsorsium Wahyu Memandu Ilmu (WMI) UIN Bandung dengan Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan (MAIWP), UIIM, dan UM menjadi semakin mendesak.
Relevansi dari kerjasama ini terletak pada peran strategis yang dapat dimainkan oleh kedua negara dalam memajukan peradaban Islam melalui pendidikan. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan pertukaran keilmuan dan praktik pendidikan antara Indonesia dan Malaysia, serta membuka peluang mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman internasional melalui program magang dan studi lanjut di negara lain. MAIWP, sebagai lembaga yang menawarkan program latihan industri, memberikan peluang mahasiswa UIN Bandung untuk mendapatkan pengalaman praktis di luar negeri, yang tentu saja akan meningkatkan kompetensi mereka di bidang akademik dan profesional.
Namun demikian, meskipun terdapat peluang besar dalam kolaborasi ini, masih terdapat kesenjangan dalam implementasinya. Salah satunya adalah keterbatasan dukungan finansial dan birokrasi antar institusi yang sering kali menjadi hambatan utama dalam kerjasama internasional di bidang penelitian dan pendidikan. Penelitian Faisal Rahman menunjukkan bahwa meskipun ada minat yang kuat untuk kolaborasi internasional, kurangnya pendanaan yang memadai dan infrastruktur yang mendukung di banyak perguruan tinggi Islam di Indonesia menjadi kendala utama dalam memperkuat kerjasama lintas negara (Hassan et al., 2024).
Oleh sebab itu, sangat penting untuk membangun kerangka kerja sama yang lebih solid dan terstruktur antara WMI UIN Bandung dan institusi lain seperti MAIWP, UIIM, serta Universitas Malaya. Inisiatif ini akan menciptakan lebih banyak kesempatan untuk pertukaran ide, kolaborasi penelitian, dan pengembangan kapasitas mahasiswa dalam menghadapi tantangan kontemporer di dunia Islam. Dengan langkah ini, diharapkan kerjasama yang terjalin tidak hanya berkontribusi dalam bidang akademik, tetapi juga memperkuat hubungan diplomatik dan budaya antara Indonesia dan Malaysia. (Rekky nt)